Rakyat Makin Terhimpit: Migor “Menghilang”, Kedelai Melejit, Perajin Tempe “Menjerit”..!!

Mencerdaskan & Memuliakan - Februari 16, 2022
Rakyat Makin Terhimpit: Migor “Menghilang”, Kedelai Melejit, Perajin Tempe “Menjerit”..!!
 - (Mencerdaskan & Memuliakan)
Editor

Deli Serdang, Bersamanewstv

Entah apa yang terjadi di negeri yang kaya minyak sawit ini. Minyak goreng yang menjadi kebutuhan rakyat “menghilang” di pasaran. Begitu juga kedelai bahan pembuat tempe, harganya melejit. Komplit sudah penderitaan rakyat di negeri yang katanya kaya raya ini.

Pantauan bersamanewstv.com di kawasan Deli Tua, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, minyak goreng curah sudah lama “menghilang” dari pasaran. Warga pun jadi “kelimpungan”. Kalau pun ada, minyak goreng jenis kemasan yang harganya jauh lebih mahal.

Keluhan warga ini pun sama dengan yang dialami perajin tempe. Harga kedelai kini hampir menyentuh Rp 12.000 per kilogram. Naiknya harga kedelai ini tentu juga berdampak kepada masyarakat kecil. “Udah tempe sekarang kecil-kecil karena mahal, mau menggorengnya pun kita kesulitan tak ada minyak,” cetus seorang warga di Pasar Deli Tua, kemarin.

Seorang perajin tempe, Mardiono, mengatakan tingginya harga kedelai sangat memberatkan mereka. “Kita sekarang susah. Dulu petani panen kita juga panen. Sekarang harga kedelai impor yang kita olah jadi tempe dijual Rp 11.800/kilogram. Dulu sebelum pandemi Rp 9.000/kilonya,” ujar Mardiono, saat ditemui di rumah produksi tempe miliknya di Desa Mekar Sari, Kecamatan Deli Tua, Kabupaten Deli Serdang, Selasa (15/02/2022) sore.

Tingginya harga kedelai ini memaksa perajin tempe mencari akal agar produksi tempe tetap berjalan dan tetap diminati masyarakat.

“Produksi kita tetap berjalan. Satu hari kita bisa produksi 200 Kg. Sekarang selama harga kedelai naik, kita akali dengan memperkecil ukuran tempe. Terpaksa kita buat begitu supaya tempe bisa dijual di pasaran,” tambah Mardiono.

“Saya berharap tempe bisa stabil lagi, karena tempe jadi makanan pilihan kalau ikan dan ayam mahal,” sebut Rudiono.

“Dulu saya beli tempe Rp. 5.000 bisa dapat tiga tempe, sekarang dapatnya cuma satu, jadinya kurang buat makan di rumah,” kata seorang ibu rumah tangga, Pujiastuti, yang dimintai tanggapannya.

“Kita maunya harga tempe stabil lagi ya pak. Supaya bisa makan tempe tiap hari karena harganya murah.” kata Puji.

Di tempat terpisah, Kepala Desa Mekar Sari, Kecamatan Deli Tua, Juliyadi, berharap kedepannya harga kedelai dapat kembali stabil, sehingga perajin tempe dapat meneruskan usahanya. Jika usaha home industry tempe ini gulung tikar, maka semakin banyak penganguran di desa ini nantinya,” ucap Juliyadi. (SAS)

 

IMBAUAN REDAKSI: Ayoo…Kita lawan virus Corona (Covid-19)..!! Patuhi protokol kesehatan (Prokes)..!! Jaga jarak dua meter, pakai masker, hindari kerumunan dan rajin cuci tangan pakai sabun di air mengalir. Bukan hebat kali Corona itu kalau kita bersatu..!!💪💪👍👍🙏🙏

Tinggalkan Komentar

Tag

close
Banner iklan disini