JAKARTA, BERSAMA
Pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah kembali ke level historisnya ke era pra-pandemi yakni sekitar 5%. Namun, pertumbuhan yang positif ini tidak mampu menciptakan banyak tenaga kerja. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal kian marak terjadi di tengah perbaikan ekonomi.
Seperti dilansir cnbcindonesia, Jumat (18/11/2022) awal bulan ini harusnya menjadi kabar positif bagi masyarakat Indonesia. Di saat ekonomi dunia sulit dan banyak negara jatuh ke jurang resesi, Indonesia berhasil menorehkan hasil yang cemerlang.
Lihat saja laporan Badan Pusat Statistik (BPS) yang baru saja diumumkan, Senin (07/11/2022). Selama kuartal III-2022, pertumbuhan ekonomi Indonesia menembus 5,72% (year on year/yoy).
Pertumbuhan ekonomi itu adalah yang tertinggi sejak kuartal II-2021 (7,07%) atau dalam lima kuartal terakhir. Namun, tingginya pertumbuhan kuartal II-2021 merupakan anomali karena lebih dipengaruhi oleh rendahnya basis perhitungan pada kuartal II-2020 (-5,32%).
Jika menghilangkan periode anomali pada kuartal II-2021, pertumbuhan ekonomi kuartal III-2022 adalah yang tertinggi sejak kuartal IV-2012 atau dalam 10 tahun terakhir di mana ekonomi Indonesia tumbuh 5,87%.
Dibandingkan kuartal sebelumnya (quartal to quartal/qtq), ekonomi Indonesia pada periode Juli-September 2022 mencapai 1,81%.
Sektor industri yang menjadi tulang punggung pergerakan ekonomi tumbuh 4,83% (yoy) sementara sektor pertanian yang paling menyumbang tenaga kerja terbanyak tumbuh 1,65% (yoy).
Di tengah berhasilnya Indonesia mempertahankan perekonomianya, kenapa ‘Badai PHK’ kini sudah terjadi di mana-mana?
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), angka pengangguran Indonesia per Agustus 2022 mencapai 8,42 juta. Jumlah tersebut meningkat sekitar 20.000 jika dibandingkan per Februari 2022 yang tercatat 8,40 juta.
Pada periode tersebut, tingkat angka pengangguran juga meningkat dari 5,83% per Februari 2022 menjadi 5,86% per Agustus 2022.
Jumlah pengangguran dan tingkat pengangguran juga belum kembali pada level pra-pandemi. Per Februari 2020, jumlah pengangguran mencapai 6,93 juta dan tingkat pengangguran 4,94% atau pada per Agustus 2019 di mana jumlah pengangguran mencapai 7,10 juta dengan tingkat pengangguran ada di 5,23%.
Sementara itu, data BKPM juga menunjukkan penciptaan tenaga kerja bertambah secara stagnan. Jumlah penambahan tenaga kerja pada kuartal III-2022 hanya mencapai 325.575 orang, naik 12,8% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada tiga kuartal tahun ini, rata-rata penambahan tenaga kerja hanya berkisar 300 ribu orang.
Pada 2021 di mana rata-rata investasi yang dicatat BKPM tumbuh 9,2%, tenaga kerja juga hanya bertambah 1,21 juta atau naik 4,6% dibandingkan 2020. Pada tahun ini, rata-rata pertumbuhan investasi menembus 35,4% tetapi penambahan tenaga kerja hanya naik 12%.
Sejak perang Rusia-Ukraina meletus pada 24 Februari lalu perekonomian negara-negara di dunia ikut terancam. Dua raksasa ekonomi yang menjadi sumber pertumbuhan dunia yakni China dan Amerika Serikat (AS) juga tengah pincang.
Tidak hanya AS tapi dunia juga diramal akan mengalami resesi tahun depan karena tingginya inflasi. Analis memperkirakan bahwa risiko dunia mengalami resesi kini sebesar 50% dalam 18 bulan ke depan.
Ekonomi global terus dilanda guncangan supply yang parah, yang membuat inflasi meninggi dan pertumbuhan ekonomi melambat. Tetapi, kini dua faktor lagi muncul, yakni bank sentral yang menaikkan suku bunga dengan sangat agresif serta demand konsumen yang melemah.
Akibatnya, ketidakpastian global yang semakin tinggi akibat perang, pengetatan suku bunga dan krisis biaya hidup. Dari laporan World Economic Outlook (WEO) IMF Oktober ini, tren negara-negara yang jatuh ke jurang resesi semakin bertambah signifikan sejak Januari 2022.
Dari lima negara pada WEO edisi April, bertambah menjadi kurang lebih 11-12 negara pada WEO Juli 2022 dan 31 negara pada WEO edisi Oktober ini.
Kepala Ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas mengungkapkan tiga ekonomi terbesar, Amerika Serikat, China, dan kawasan Euro akan mengalami tekanan.
“Secara keseluruhan, guncangan tahun ini akan membuka kembali luka ekonomi yang baru sembuh sebagian pascapandemi. Singkatnya, yang terburuk belum datang dan, bagi banyak orang, 2023 akan terasa seperti resesi,” paparnya dalam tulisan Blog IMF.
Dari daftar negara yang berpotensi kena resesi, Indonesia tidak termasuk di dalamnya. IMF memperkirakan Indonesia masih akan tumbuh positif pada tahun depan, sebesar 5%.
Ya, walaupun perekonomian kita tumbuh bagus 5,72% bukan berarti semua perusahaan untung. Indonesia memang sukses mempertahankan ekonominya di tengah isu resesi semakin meluas, namun jika dilihat dari lapangan usaha, ada beberapa sektor yang melesat tinggi dan menurun tajam hingga berujung pada pemutusan hubungan karyawan (PHK).
Memang, ada banyak penyebab terjadinya perlambatan pertumbuhan pada sektor-sektor tertentu hingga berujung PHK karyawan. Antara lain efek rendahnya permintaan global yang memukul industri padat karya seperti tekstil, garmen dan sepatu.
Penyebab lainnya adalah keterbatasan modal yang dialami oleh pelaku startup digital, sehingga opsi yang dipilih adalah rasionalisasi dalam hal pegawai.
Jika melihat sektor digital lebih dikarenakan mereka harus melakukan operasionalisasi karena keterbatasan modal, tidak bisa lagi bakar-bakar duit, sumber dana dari investornya sudah hampir habis.
Maklum saja era suku bunga murah sudah berakhir. Bank sentral di berbagai negara menaikkan suku bunga dengan agresif di tahun ini. Lihat saja bagaimana bank sentral AS (The Fed) yang menaikkan suku bunga dalam tempo 9 bulan menaikkan suku bunganya sebesar 375 basis poin menjadi 3,75% – 4%.
Dalam waktu singkat, suku bunga kredit yang sebelumnya berada di rekor terendah sepanjang sejarah naik ke level tertinggi dalam 14 tahun terakhir. Artinya, para investor harus membayar mahal jika mengambil kredit investasi. Pendanaan bagi startup pun seret.
Masalahnya di tahun depan situasinya masih sama, bahkan bisa lebih buruk lagi. Kampanye bank sentral menaikkan suku bunga masih belum berakhir guna memerangi inflasi. Suku bunga bisa lebih tinggi lagi, dan resesi hampir bisa dipastikan akan terjadi.
Ada risiko PHK massal akan berlanjut di tahun depan. Perusahaan sekelas Amazon saja sudah mengkonfirmasi akan melakukan PHK hingga 2023.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) secara gamblang mengungkapkan kekhawatirannya terkait kondisi perekonomian tahun 2023 yang akan lebih suram.
Tekanan ekonomi disebut-sebut telah menyebabkan permintaan di pasar ekspor anjlok parah. Akibatnya, stok di pabrik dalam negeri menumpuk, menyebabkan pengurangan produksi, hingga berujung pemutusan hubungan kerja (PHK) puluhan ribu buruh.
Sepanjang tahun 2022, sejumlah rangkaian Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karyawan diambil oleh startup dan emiten teknologi. PHK adalah suatu konsekuensi yang dialami oleh perusahaan-perusahaan teknologi yang disibukkan dengan proyek-proyek baru ketika pertumbuhan ekonomi melambat.
Emiten teknologi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) yang memutuskan PHK karyawan turut menambah panjang daftar startup dan perusahaan teknologi yang melakukan PHK karyawan di Indonesia.
Startup fintech Xendit memutus hubungan kerja (PHK) terhadap 5 persen karyawannya di Indonesia dan Filipina. Keputusan PHK ini diambil karena situasi makroekonomi yang tidak menentu saat ini, sehingga memaksa perusahaan untuk mengubah struktur dan sumber daya tim.
“Melakukan rightsizing tim adalah sebuah keputusan yang sangat sulit namun tetap harus diambil untuk optimalisasi posisi kami di jangka pendek maupun jangka panjang untuk perkembangan,” kata Chief Operating Officer Xendit Tessa Wijaya, dalam keterangan tertulis kepada CNBC Indonesia.
Carsome mengonfirmasi rumor melakukan pengurangan karyawan. Platform e-commerce mobil bekasi itu mengindikasikan sedang melalui “optimasi tenaga kerja” dan tim eksekutifnya tidak ambil gaji selama sisa tahun 2022.
Startup pertama Malaysia yang berhasil menjadi unicorn itu mengatakan akan berfokus pada peningkatan produktivitas di seluruh bisnis. Caranya dengan menyelaraskan sumber daya dengan kontribusi ke bottom line, serta membuat manajemen kinerja yang lebih ketat.
Hanya dalam waktu enam bulan, Sea Ltd, induk Shopee dan Garena, melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) 7.000 pegawainya. Jumlah tersebut merupakan 10% dari tenaga kerjanya.
Ini berasal ada laporan Information berdasarkan dua orang yang mengetahui masalah tersebut. Sea tidak segera menanggapi permintaan untuk berkomentar dari Reuters, dikutip dari Channel News Asia.
Sepanjang tahun ini, Sea memang dikabarkan merumahkan pegawainya serta menutup beberapa kantor di sejumlah negara.
Salah satunya pada September lalu, Bloomberg melaporkan Sea memberhentikan 3% karyawan unit e-commerce Shopee Indonesia. Awal bulan September, Reuters juga melaporkan Shopee keluar dari Argentina serta menutup operasi lokal di Chile, Kolombia dan Meksiko.
Pada Maret 2022, kantor India dan Perancis juga ditutup. Bulan Juni dilaporkan Shopee merumahkan pekerja di seluruh divisi e-commerce dan pengiriman makanan di wilayah Asia Tenggara dan Amerika Latin.
Sementara itu Reuters menyatakan unit game Garena juga akan memberhentikan ratusan stafnya yang berada di Shanghai.
Pada Senin (14/11/2022), Shopee juga dilaporkan melakukan PHK gelombang ketiga berdasarkan laporan media dan unggahan media sosial pegawai yang terdampak. Karyawan yang dirumahkan pada gelombang ini sebagian besar dari divisi sumber daya manusia (SDM) dan pembelajaran dengan pengembangan.
Langkah berbeda diambil Shopee untuk PHK kali ini. Straits Times melaporkan sekarang perusahaan melakukannya dengan senyap tanpa diketahui banyak orang.
PHK yang dilakukan SEA terjadi saat raksasa teknologi dunia lain juga melakukan hal serupa.
Startup kripto ini memberhentikan 20% dari jumlah karyawannya 227 karyawan. PHK itu dilakukan karena mempertimbangkan perubahan fokus bisnis perusahaan.
“Langkah internal yang diambil adalah mentransfer beberapa karyawan kepada bisnis unit yang telah menjadi entitas berbeda yaitu T-Hub dan TokoMall, penyesuaian jumlah karyawan sekitar 20% dari 227 karyawan dengan pertimbangan perubahan fokus bisnis,” kata Rieka dalam keterangan tertulis.
Startup penyedia solusi layanan perangkat lunak business-to-consumer (B2C) Lummo yang sebelumnya dikenal sebagai BukuKas melakukan PHK terhadap sejumlah karyawan di Jakarta dan Bengaluru, India.
Lummo dikabarkan telah melakukan PHK terhadap sekitar 100-120 karyawan yang sebagian besar berada di tim teknis, desain, dan produk.
Sejak akuisisi Twitter dirampungkan Elon Musk, setidaknya 3.700 pekerja alias setengah pekerja di perusahaan tersebut terkena PHK.
Musk berdalih PHK tersebut adalah upaya meningkatkan laba perusahaan setelah mengambil pembiayaan utang yang signifikan untuk mendanai akuisisinya senilai US$44 miliar.
Raksasa teknologi Meta yang merupakan induk Facebook juga merumahkan 11 ribu karyawan atau 13% dari total karyawannya. PHK massal ini diambil di tengah lonjakan biaya dan pelemahan pasar iklan. PHK massal ini sekaligus menjadi yang terbesar dalam sejarah perusahaan besutan Mark Zuckerberg.
Emiten teknologi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) mengumumkan untuk memutuskan mengambil keputusan sulit untuk melakukan perampingan karyawan sebanyak 1.300 orang atau sekitar 12% dari total karyawan tetap.
CEO Grup GoTo Andre Soelistyo menegaskan, keputusan ini tidak mempengaruhi layanan GoTo kepada konsumen serta komitmen perusahaan terhadap mitra pengemudi, merchants dan sellers.
Menurutnya, keputusan berat tersebut terpaksa dilakukan oleh manajemen, lantaran tantangan makro ekonomi global juga berdampak signifikan bagi para pelaku usaha di seluruh dunia.
Sehingga, perusahaan harus mengakselerasi upaya untuk menjadi bisnis yang secara finansial mampu mandiri dan tumbuh secara sustainable dalam jangka panjang. Hal ini dilakukan antara lain dengan memfokuskan diri pada layanan inti, yaitu on-demand, e-commerce dan financial technology.
Untuk lebih jauh bernavigasi di tengah kondisi ekonomi global yang semakin penuh tantangan, GoTo harus fokus pada hal-hal yang berada dalam kendali perusahaan. Hal ini termasuk mengambil keputusan sulit.
Manajemen menegaskan, keputusan sulit ini tidak dapat dihindari supaya perusahaan lebih cekatan dan mampu menjaga tingkat pertumbuhan sehingga terus memberikan dampak positif bagi jutaan konsumen, mitra pengemudi, dan pedagang. (***)
IMBAUAN REDAKSI: Virus Corona (Covid-19) mulai mereda. Tapi bukan berarti sudah tak ada. Namun yakinlah Corona takkan bisa berbuat apa-apa kalau kita bersatu dan tetap waspada..!! 💪💪👍👍🙏🙏