LUBUK PAKAM, BERSAMA
Sepuluh tahun sebagai Bupati Deli Serdang H Ashari Tambunan meninggalkan jejak dan kesan buruk bagi kalangan ASN maupun warga Deli Serdang.
Jumat (03/11/2023) Ashari melakukan perpisahan dengan ASN dan anggota DPRD DS. Hari itu hari terakhir dia bertugas dan harus mundur karena mencalonkan diri sebagai Caleg DPR RI dari PKB.
Pada akhir masa jabatannya Ashari menorehkan hal-hal buruk karena dianggap hanya mencari duit. Dua hari sebelum mengakhiri jabatannya dilakukan lagi mutasi jabatan Eselon 3 di lingkungan Pemkab. Mutasi ini dituding sebagai proyek cari duit.
Sebelumnya dilakukan rotasi jabatan kepala Sekolah Dasar Negeri. Masing-masing kepala dinas melakukan kegiatan tertentu yang muaranya untuk cari duit.
Tiap kepala SDN dibandrol hingga Rp 50 juta dan Rp 30 juta diukur dari jumlah muridnya. Kalau sekolah yang banyak muridnya, besar bayarannya.
Lebih ngerinya lagi, dana bos bagi SD dan SMP dialihkan untuk pengadaan buku yang disalurkan langsung oleh Dinas P dan P. Lemari SD dan SMP penuh dengan buku tidak pernah dibaca lagi.
Semua kepala sekolah dasar dan lanjutan kecewa berat. Karena sejak Ashari Tambunan dana BOS seluruhnya beli buku. Buku-buku sudah segudang dari berbagai percetakan.
Dana afirmasi sekolah untuk SD terpencil juga diambilalih penanganannya oleh Dinas P dan P sejak jaman Kadis Timur Tumanggor (sekarang Sekdakab DS).
Kepala SDN kewalahan menerima limpahan proyek yang tidak dibutuhkan. Misalnya dana afirmasi yang disalurkan pemerintah pusat Rp 60 juta, mestinya diserahkan langsung kepada kepala sekolah untuk membeli peralatan yang paling dibutuhkan sekolah bersangkutan. Tapi Dinas,P dan P Kabupaten mengirim meubiler yang tidak diperlukan di sekolah tersebut.
Alasannya barang itu ditangani oleh institusi penegak hukum Deli Serdang, agar masalah pelanggaran hukum tidak ditindaklanjuti.
Baru ini bupati menyalurkan sepeda motor jenis matic untuk seluruh Kades di Deli Serdang. Padahal sepeda motor Kades sebelumnya sudah dibeli melalui APBD. Lalu kenapa dibeli lagi?
Ini katanya agar semua Kades mengumpulkan suara untuk mengirim Ashari ke senayan jadi DPR RI.
Seorang Kades dari Namorambe mengaku ditarget harus bisa mendulang suara sebanyak 30 suara tiap TPS.
Sang Kades nyeletuk. Itu bukan tugas kami lagi, katanya. Sudah sepuluh tahun jadi bupati kok tidak pernah puas, tambahnya. Anaknya pun cuma satu orang dan itupun wakil bupati di Sergei, katanya kesal.
Dari pelantikan jabatan eselon tiga, kemarin, banyak kali suara sumbang dilontarkan ASN yang jadi korban semena-mena Ashari.
Contohnya Kadis Kominfo yang dua hari sebelumnya didemo oleh ASN, tetap dipertahankan karena suami sang Kadis itu marga Tambunan.
Parahnya lagi, tiga orang pejabat eselon tiga di dinas itu malah dicopot karena dicurigai mendalangi aksi demo tersebut.
Sang Kadis Kominfo DS, menurut ASN di situ, sangat otoriter, mungkin karena dekat dengan bupati. Sewaktu dia menjabat Sekretaris Dinas Dukcapil, Kadis ini juga otoriter. Karena otoriternya itu dia didemo oleh 75 orang ASN Kominfo.
Banyak sekali cerita miring ditinggal oleh Ashari Tambunan, walau dalam acara perpisahan banyak juga Kadis yang tersedu-sedu. Sedih.
Satu hal lagi yang paling disoroti adalah perubahan peruntukan Taman Budaya yang dulu selalu dimanfaatkan semua golongan dan agama untuk berbagai kegiatan, sudah diubah jadi kepentingan satu golongan saja. (HB01)
IMBAUAN REDAKSI:
Meski pemerintah menyatakan status endemi, bukan berarti Virus Corona (Covid-19) sudah tidak ada lagi. Tetap waspada dan yakinlah Corona tak bisa berbuat apa-apa kalau kita tetap bersatu..!!