TANAH KARO, BERSAMA
Tanah Karo Simalem krisis Narkoba. Peredaran sabu-sabu di kota berhawa sejuk itu kian hari semakin menggila. Polisi, TNI, bupati, DPRD dan tokoh Karo pun tak ada yang “bersuara”. Mereka entah di mana..??
Celakanya lagi, BNNK yang dibentuk sebagai “ujung tombak” pemberantasan Narkoba, malah tak bisa berbuat apa-apa. Tragisnya, mereka mengaku tak punya dana untuk melakukan penindakan terhadap Narkoba. Alamakk…Ngerinyaa..!!
“Bagaimana kami (BNN Kabupaten Karo) bisa menindak peredaran Narkoba sementara kami tidak memiliki anggaran untuk Laporan Kerja Penindakan (LKP),” kata Kepala BNN Kabupaten Karo, Ardi Effendi, ketika dikonfirmasi awak media.
Menurut Ardi, BNN Kabupaten Karo sejauh ini hanya memiliki anggaran untuk sosialisasi dan rehabilitasi. “Kalau ada hibah anggaran dari Pemkab Karo, mungkin bisa saja untuk kegiatan LKP,” tandasnya.
Kab. Karo, Sumatera Utara, kini memang menjadi salah satu wilayah terbesar peredaran sabu-sabu. Serbuk putih itu bahkan sudah merambah sampai ke pelosok desa. Generasi muda pun terancam seperti tong kosong. Bersuara nyaring tapi tak “berisi”.
Tragisnya, polisi, TNI, bupati, DPRD dan tokoh-tokoh Karo seperti tak peduli. Mereka tak ada yang beraksi dan bersuara melihat krisis sabu-sabu yang melanda Tanah Karo Simalem.
Berbeda ketika barak-barak Narkoba di kawasan Kab. Deli Serdang batas Binjai-Langkat yang beberapa waktu lalu diratakan Polri, TNI dan pemerintah menggunakan alat berat.
Bahkan ada lahan bekas barak sabu-sabu yang dijadikan sebagai lokasi latihan menembak agar tidak digunakan lagi sebagai barak Narkoba.
Namun di “Bumi Turang” Tanah Karo Simalem peredaran sabu-sabu terkesan dibiarkan kalau tidak ingin dibilang “dipelihara”. Soalnya krisis Narkoba itu sudah berlangsung lama. Bertahun-tahun.
Beredar isu mulusnya peredaran sabu-sabu di Tanah Karo karena kelihaian bandar besarnya yang disebut-sebut berinisial IBL dalam “mengondisikan” segala sesuatunya agar peredaran sabu-sabunya aman, lancar dan jaya.
Dalam menjalankan bisnis haram perusak generasi bangsa itu, IBL kabarnya telah membentuk jaringan khusus di berbagai tempat yang bertugas menjual sabu-sabu
Informasi yang didapat tim media, titik peredaran sabu-sabu itu berada di Sentrum Kota Kabanjahe. Orang kepercayaan IBL adalah HA.
Lalu di Pajak Singa orang kepercayaannya CU. di Simpang 4 Jalan Irian dipercaya kepada SU. Di Simpang 4 belakang Indomaret dipercaya kepada pasangan suami istri KA dan AD.
Selanjutnya di jalan lingkar dan di depan Mr DIY dikelola oleh RIZ. Sabu-sabu yang dikelola kaki tangan IBL ini disebut-sebut mencapai 4 Kg per hari.
Krisis Narkoba di Tanah Karo Simalem itu pun mengundang keprihatinan warga. A Ketaren, contohnya. Pria yang anti Narkoba ini mengaku peredaran sabu-sabu di Tanah Karo sudah seperti rokok.
“Di mana-mana ada dan ada di mana-mana. Sangat gampang untuk mendapatkan barang yang disebut musuh negara itu. Tapi kok tidak ditindak tegas. Ada apa ini,” tandasnya kepada sejumlah awak media, Kamis (25/09/2025).
“Apa harus kami warga sipil yang menangkap bandar Narkoba itu. Polisi, BNN, bupati dan DPRD jangan tutup mata karena peredaran Narkoba sudah sangat meresahkan,” tambahnya.
Dia pun mendesak petinggi kepolisian untuk memerintahkan jajarannya menangkap bandar-bandar Narkoba yang beroperasi di Tanah Karo Simalem.
“Kami tidak diam. Kami akan menyurati presiden, panglima TNI, Kapolri dan ketua DPR RI agar kampung kami ini bersih dari Narkoba,” ujarnya.
Sementara itu Kasatres Narkoba Polres Tanah Karo, AKP Arjuna Bangun, ketika dikonfirmasi awak media mengatakan akan menindak dan menangkap bandar Narkotika di wilayah hukumnya.
“Jalan Lingkar sudah kami gerebek beberapa hari lalu dan tersangkanya sudah ditahan. Untuk kasus Narkoba, kami tidak main-main dan akan tetap melakukan penindakan,” terangnya. (TIM)