Jakarta, Bersama News Tv
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah yang sempat menguat di pasar spot kini juga berbalik merah.
Seperti dilansir dari laman cnbcindonesia.com, hari ini, Selasa (05/01/2021), kurs tengah BI atau kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 13.945. Rupiah melemah 0,3% dibandingkan posisi sehari sebelumnya.
Mata uang Tanah Air juga kendur di perdagangan pasar spot. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 dihargai Rp 13.900 di mana rupiah melemah 0,11%.
Sayang sekali, depresiasi rupiah terjadi saat mayoritas mata uang Asia lainnya menguat. Bahkan hanya rupiah yang melemah.
Kemarin, rupiah menguat tajam lebih dari 1% di hadapan dolar AS. Hampir seluruh mata uang Asia juga menguat, tetapi tidak ada yang setajam rupiah.
Mata uang Tanah Air memang cenderung perkasa belakangan ini. Dalam sebulan terakhir, rupiah terapresiasi 1,38% di hadapan greenback. Sejak awal kuartal IV-2020, penguatan rupiah mencapai lebih dari 2%.
Ini membuat rupiah rentan terserang ambil untung. Sebab rupiah bisa dinilai sudah kelewat ‘mahal’ dan sebaliknya dolar AS terlalu ‘murah’.
Dengan nilai rupiah yang lebih sedikit bisa mendapat dolar AS dalam jumlah lebih banyak.
Akibatnya, pelaku pasar pun berbalik berburu dolar AS. Mumpung sedang murah, siapa yang tidak mau mengoleksi mata uang Negeri Paman Sam? Aksi pelepasan ini membikin rupiah melemah.
Selain itu, investor agak cemas dengan perkembangan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) sehingga memilih bermain aman.
Di Inggris, pemerintahan Perdana Menteri Boris Johnson memutuskan penerapan karantina wilayah (lockdown) berskala nasional mulai Senin pekan ini.
“Saat saya berbicara dengan Anda semua malam ini, rumah sakit kita dalam tekanan besar, lebih berat dibandingkan masa awal pandemi. Dengan sebagian besar wilayah sudah menerapkan pembatasan ketat, sudah jelas bahwa kita harus mengambil langkah bersama untuk mengatasi virus corona varian baru ini”.
“Oleh karena itu, kita harus memasuki lockdown skala nasional yang diharapkan mampu mengatasi penyebaran virus varian baru. Pemerintah meminta Anda semua untuk tetap di rumah,” kata Johnson dalam pidato yang disiarkan televisi nasional, sebagaimana diwartakan Reuters.
Kebijakan ini membuat aktivitas non-esensial ditutup sementara. Murid-murid sekolah dasar dan menengah harus kembali belajar di rumah, ujian akhir sepertinya tidak bisa digelar pada tengah tahun.
Varian baru virus corona yang merebak di Inggris membuat jumlah kasus membumbung tinggi.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan, jumlah pasien positif corona di Negeri John Bull per 4 Januari 2021 adalah 2.654.783 orang. Bertambah 54.990 (2,12%) dibandingkan sehari sebelumnya.
Dalam 14 hari terakhir (22 Desember 2020-4 Januari 2021), rata-rata pasien positif bertambah 43.902 orang per hari.
Melonjak hampir dua kali lipat dibandingkan 14 hari sebelumnya yaitu 22.626 orang setiap harinya.
Maklum, virus corona varian baru itu disebut-sebut 70% lebih menular dibandingkan sebelumnya. Sayangnya, virus ini sudah ditemukan di negara-negara lain.
Bukan tidak mungkin kejadian serupa seperti di Inggris bakal dialami oleh negara-negara tersebut.
Perkembangan ini membuat investor (dan seluruh dunia) cemas. Jangan-jangan dunia bakal mengalami ‘masa kegelapan’ seperti tahun lalu, lockdown di mana-mana yang membuat ekonomi masuk ke masa resesi.
Akibatnya, investor memilih bermain aman dengan menghindari aset-aset berisiko. Pada pukul 09:40 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,08%. Pantas saja rupiah jadi melemah. (***)
IMBAUAN REDAKSI: Ayoo…Kita lawan virus Corona (Covid-19)..!! Patuhi protokol kesehatan (Prokes)..!! Jaga jarak dua meter, pakai masker, hindari kerumunan dan rajin cuci tangan pakai sabun di air mengalir. Bukan hebat kali Corona itu kalau kita bersatu..!!💪💪👍👍🙏🙏