Jakarta, Bersamanewstv
India cetak rekor lebih dari 200 ribu kasus baru virus Corona dalam sehari yang menyebabkan banyak fasilitas kesehatan mendadak kolaps dan kehabisan stok obat-obatan dan oksigen.
Seperti dilansir detikcom, dalam beberapa hari terakhir, media sosial India dibanjiri permintaan bantuan yang bernada putus asa untuk mendapatkan obat remdesivir dan tocilizumab yang telah disetujui pemerintah India untuk pasien COVID-19.
Obat antiviral remdesivir telah diresepkan oleh dokter di seluruh negeri, dan permintaannya tinggi. India melarang ekspor obat tersebut dan membuat produsen berjuang untuk memenuhi permintaan.
Hetero Pharma, salah satu dari tujuh perusahaan yang memproduksi remdesivir di India, mengatakan perusahaan tersebut berusaha untuk meningkatkan produksi.
Laporan dari BBC menemukan bahwa kekurangan pasokan membuat banyak orang mencari obat tersebut di pasar gelap. Salah satu narasumber yang dihubungi BBC menjual 100mg remdesivir seharga 24.000 rupee atau sekitar Rp 4,6 juta, lima kali lipat dari harga resmi. Harga itu tentunya sangat mahal untuk kalangan menengah.
“Saya harus mengeluarkan banyak uang untuk mendapatkan obat tersebut,” kata Atul Garg, yang ibunya dirawat di rumah sakit swasta di Delhi.
Tocilizumab, obat yang biasanya digunakan untuk mengobati radang sendi, telah terbukti menyelamatkan nyawa dalam beberapa uji klinis. Tetapi hampir menghilang dari banyak apotek di India.
Rajiv Singhal, sekretaris jenderal Asosiasi Ahli Kimia dan Obat Seluruh India, mengatakan teleponnya berdering sepanjang hari karena orang-orang memintanya untuk membantu menemukan obat tersebut.
“Situasinya sangat buruk sehingga saya bahkan tidak bisa mendapatkan obat untuk anggota keluarga saya sendiri,” katanya.
“Kami mencoba untuk mengambil tindakan terhadap mereka yang melakukan pemasaran gelap, tetapi saya akui ada kebocoran dalam sistem,” paparnya.
Tak hanya obat-obatan, pasokan oksigen juga sangat langka di India. Beberapa rumah sakit bahkan menolak pasien karena kekurangan oksigen.
Situasinya jauh lebih buruk di kota-kota kecil. Ketika pasien tidak mendapatkan tempat tidur rumah sakit, dokter menyarankan mereka untuk memasang tabung oksigen di rumah mereka sendiri.
Dilaporkan banyak pasien yang terpaksa meninggal karena tidak mendapat perawatan di rumah sakit.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat adanya pertumbuhan kasus Covid-19 yang cukup signifikan di dunia. Kasus COVID-19 dunia dilaporkan naik konstan dalam jumlah yang besar yakni 9 persen.
Juru bicara Satgas COVID-19 Prof Wiku Adisasmito mengatakan salah satu penyebab melonjaknya kasus di dunia terkait dengan naiknya angka infeksi Corona di India.
“Hal ini terjadi karena adanya kegiatan berkerumun yang tidak dilarang oleh pemerintah India yang menyebabkan terjadinya klaster baru COVID-19,” kata J dalam konferensi pers di kanal BNPB, Kamis (15/04/2021).
Kabar baiknya, Wiku mengatakan tren memprihatinkan di dunia itu bertolak belakang dengan kasus Corona di Indonesia. Wiku menyebut tren kasus Corona di Tanah Air berangsur membaik.
“Sebagai contoh, pada minggu ini terjadi penurunan sebesar 14,2 persen pada penambahan kasus positif dan penurunan sebesar 17,6 persen pada penambahan kematian,”
Wiku juga menyinggung terkait keputusan yang diambil pemerintah dalam kaitannya dengan penanggulangan pandemi. Ia mengakui terkadang keinginan masyarakat dan keputusan pemerintah tidak berjalan selaras namun semua itu dilakukan untuk menekan terjadinya lonjakan kasus COVID-19.
“Kadang kala pemerintah akan mengambil keputusan terkait Covid-19 yang mungkin tidak dapat diterima oleh semua kalangan masyarakat. Tapi keputusan tersebut harus diambil untuk mencegah lonjakan kasus di Indonesia,” pungkasnya. (***)
IMBAUAN REDAKSI: Ayoo…Kita lawan virus Corona (Covid-19)..!! Patuhi protokol kesehatan (Prokes)..!! Jaga jarak dua meter, pakai masker, hindari kerumunan dan rajin cuci tangan pakai sabun di air mengalir. Bukan hebat kali Corona itu kalau kita bersatu..!! 💪💪👍👍🙏🙏