Jakarta, Bersamanewstv
Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman memperkirakan mutasi virus SARS-CoV-2 varian C.1.2, yang teridentifikasi sejak Mei 2021 di Afrika Selatan, telah menyebar di Indonesia.
Dilansir cnnindonesia, ia meragukan klaim pemerintah soal varian C.1.2 ini belum ditemukan di Tanah Air lantaran teknik pencarian strain (varian yang menunjukkan sifat fisik jelas) virus dengan metode Whole Genome Sequence (WGS) masih lemah.
“Walaupun pemerintah belum resmi ya menyampaikan temuan kasus varian Mu ataupun C.1.2 di Indonesia, tapi ini masalah waktu saja, tinggal besar kemungkinan sudah masuk,” kata Dicky kepada CNNIndonesia, Rabu (15/09/2021).
Dicky menyebut, varian C.1.2 ini berpotensi berbahaya dan bakal memiliki tingkat risiko persebaran covid-19 seperti varian Delta B1617.2, namun demikian sejumlah peneliti dunia masih meneliti sejumlah mutasi yang terkandung dalam varian C.1.2 itu.
Varian C.1.2 ini diketahui mengandung mutasi P95, C136F, R190S, D251G, Y449H, E484K, N501Y, D614G, H656Y, N679K, hinga T859N.
“Akan ada potensi lebih dahsyat dari varian Delta, secara teoritis dan secara potensi. Dan kalau itu ada dan menyebar, ya kita mengalami gelombang besar, dan cikal bakalnya saya melihat ya di varian C.1.2 itu,” jelasnya.
Untuk itu, Dicky meminta agar pemerintah benar-benar serius dalam mengantisipasi segala bentuk varian Covid-19 baru dengan cara memperkuat pintu masuk Indonesia baik dari jalur darat, laut, maupun udara. Ia tak ingin, pemerintah kecolongan lagi di perbatasan laut, seperti yang terjadi pada penularan varian Delta lalu.
Meski surveilans WGS di Indonesia mulai meningkat beberapa bulan belakangan, ia menilai itu belum cukup optimal untuk mengidentifikasi sebaran varian baru di tengah padatnya penduduk Indonesia.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan berdasarkan update terakhir mencatat, sebaran kasus mutasi virus SARS-CoV-2 yang tergolong Variant of Concern (VoC)’ alias varian yang diwaspadai oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) saat ini berjumlah 2.557 kasus di Indonesia dengan varian Delta yang mendominasi.
Kumulatif ribuan temuan varian itu teridentifikasi di Indonesia berdasarkan hasil pencarian strain virus baru menggunakan metode WGS terhadap total 6.161 spesimen yang diperiksa.
“Bisa saya katakan, deteksi kita lemah ya dengan surveilans syndrome maupun WGS itu. Kita biasanya telat atau kecolongan dalam hal-hal seperti ini,” ujar Dicky.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin sebelumnya mengklaim bahwa varian baru seperti Lambda, Mu dan C.1.2 belum ditemukan di Indonesia sampai saat ini. Kendati begitu, Budi memastikan bahwa tiga varian baru itu terus diawasi oleh Kemenkes.
Varian C.1.2 terdeteksi pertama kali pada Mei lalu di Afrika Selatan. Budi mengatakan bahwa Varian ini dan sudah menyebar ke 9 negara di dunia. Meski demikian, ia tak menyebutkan negara mana saja penyebaran itu terjadi.
Sementara itu, varian Lambda pertama kali ditemukan di Peru pada Desember 2020 lalu. Varian ini sudah menyebar ke 42 negara. Untuk varian Mu telah ditemukan di Kolombia pada bulan Januari 2021 lalu dan telah menyebar ke 49 negara. (***)
IMBAUAN REDAKSI: Ayoo…Kita lawan virus Corona (Covid-19)..!! Patuhi protokol kesehatan (Prokes)..!! Jaga jarak dua meter, pakai masker, hindari kerumunan dan rajin cuci tangan pakai sabun di air mengalir. Bukan hebat kali Corona itu kalau kita bersatu..!! 💪💪👍👍🙏🙏