Gawat..!! Presiden Jokowi: Ada Kelangkaan Energi Imbas Perang Rusia-Ukraina..!!

Mencerdaskan & Memuliakan - Maret 11, 2022
Gawat..!! Presiden Jokowi: Ada Kelangkaan Energi Imbas Perang Rusia-Ukraina..!!
 - (Mencerdaskan & Memuliakan)
Editor

Jakarta, Bersamanewstv

Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menyadari, saat ini di setiap negara telah terjadi kelangkaan energi. Hal itu imbas dari Perang antara Rusia dan Ukraina yang membuat pasokan minyak mentah dunia mengalami gangguan.

Seperti yang diketahui, Rusia menjadi salah satu negara dengan ekspor minyak mentah terbesar di dunia atau tercatat ekspor minyak mentah dari Rusia mencapai sekitar 5 – 7 juta barel atau 12% ekspor ke seluruh dunia. Krisis energi dan melonjaknya harga minyak dunia itu juga dipicu atas sanksi yang diberikan oleh Amerika Serikat (AS) atas penghentian impor minyak dari Rusia.

“Sekarang semua negara mengalami (kelangkaan energi). Ditambah perang, harga naik dua kali lipat,” kata Jokowi di Surakarta, Jawa Tengah, seperti dilansir cnbcindonesia, Jumat (11/03/2022)

Jokowi mengatakan rata-rata harga minyak sebelumnya hanya US$ 60 per barel. Namun, harga si ‘emas hitam’ terus menanjak hingga menembus level US$ 130 per barel, kendati saat ini sudah mulai turun.

Jokowi mengatakan, kenaikan harga minyak sendiri telah membuat sejumlah negara melakukan penyesuaian. Harga bahan bakar minyak (BBM) di sejumlah negara pun sudah mengalami kenaikan yang cukup tinggi.

“2 kali lipat semua negara harga jualnya ke masyarakat sudah naik. Kita di sini masih nahan-nahan,” kata Jokowi.

“Bu menteri (Menteri Keuangan/Sri Mulyani Indrawati) saya tanya tahannya sampai berapa hari, kita nahan-nahan terus. Kelangkaan energi,” tandas Jokowi.

Kenaikan harga minyak dunia memiliki dampak yang cukup besar terhadap kas keuangan negara, terutama realisasi penyaluran subsidi BBM dan elpiji 3 kilogram.

Berdasarkan kalkulasi pemerintah, setiap kenaikan harga minyak sebesar US$ 1 per barel akan berdampak pada kenaikan subsidi minyak tanah sebesar Rp 49 miliar, LPG Rp 1,47 triliun, dan beban kompensasi BBM lebih dari Rp 2,56 triliun.

Dengan mengacu pada hitungan tersebut, maka bukan tidak mungkin beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) bisa mencapai Rp 4,17 triliun.

Bahkan, dengan hanya melihat data terkini dan mempertimbangkan harga ICP, harga minyak mentah dunia sudah US$ 67 per barel di atas asumsi APBN. Beban yang ditanggung pun bisa mencapai Rp 270 triliun.

Pengamat Energi dan Ekonomi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi mengatakan, mengingat ketergantungan BBM sangat besar, Indonesia berpotensi terjadi krisis energi di tengah kelangkaan pasokan dan harga yang sangat mahal.

“Sebagai net importer ketergantungan terhadap crude dan BBM impor sangat tinggi. Potensi terjadinya krisis energi untuk Indonesia bisa terjadi di tengah kelangkaan pasokan dan harga yang sangat mahal. Solusinya adalah mengurangi ketergantungan dengan meningkatkan produksi crude dan BBM,” ungkap Fahmy kepada CNBC Indonesia.

Dia mengatakan, fluktuasi harga minyak dunia uncomfortable by Pemerintah. Langkah controllable yang bisa dilakukan adalah dengan meningkatkan lifting Migas, dengan target 1 juta barrel per hari dan percepatan pembangunan kilang untuk mengurangi ketergantungan impor pasokan minyak mentah dan BBM impor. (***)

IMBAUAN REDAKSI: Ayoo…Kita lawan virus Corona (Covid-19)..!! Patuhi protokol kesehatan (Prokes)..!! Jaga jarak dua meter, pakai masker, hindari kerumunan dan rajin cuci tangan pakai sabun di air mengalir. Bukan hebat kali Corona itu kalau kita bersatu..!!💪💪👍👍🙏🙏

Tinggalkan Komentar

Tag

close
Banner iklan disini