JAKARTA, BERSAMA
Para ilmuwan baru saja menemukan varian virus Covid-19 paling bermutasi di Indonesia. Varian tersebut merupakan metamorfosis Covid-19 Delta yang dikumpulkan dari swab pasien di Jakarta.
Varian ini dikabarkan memiliki 113 mutasi unik dibandingkan dengan varian mematikan Omicron yang membawa sekitar 50 mutasi.
Professor Lawrence Young, seorang ahli virologi di Universitas Warwick menemukan strain tersebut merupakan varian COVID-19 Delta dari seorang pasien di Jakarta yang memiliki 113 mutasi dengan 37 di antaranya mempengaruhi protein spike.
Protein spike memungkinkan virus menempel pada manusia dan juga menjadi target banyak vaksin COVID-19.
Dilaporkan, para ahli virus menyebut strain ini sebagai varian “paling ekstrem” yang pernah mereka lihat.
“Virus ini terus mengejutkan kita dan berpuas diri itu berbahaya. Ini menyoroti masalah ‘hidup dengan virus’,” kata Profesor Young, seperti dilansir cnnindonesia, Selasa (01/08/2023).
Virus baru, yang dikirim ke basis data genomik Covid global pada awal Juli, diyakini berasal dari kasus infeksi kronis.
Di sinilah seorang pasien, alih-alih mengalahkan virus dalam beberapa minggu, malah menderita infeksi yang berkepanjangan yang dapat berlangsung berbulan-bulan.
Infeksi semacam itu mengkhawatirkan para ilmuwan karena menciptakan kondisi yang sempurna bagi Covid untuk bermutasi, berpotensi mengelabui pertahanan tubuh.
Infeksi ini, secara teoritis, dapat menciptakan ketegangan yang lebih mampu menghindari kekebalan alami tubuh, atau dari vaksin Covid.
“Ketika virus menyebar dan terus bermutasi, itu pasti akan mengakibatkan infeksi serius pada yang paling rentan dan juga akan meningkatkan mereka yang menderita beban akibat infeksi jangka panjang.” jelas Young.
Dia mengatakan kurangnya pengawasan genetik untuk mendeteksi varian baru yang mungkin kebal terhadap kekebalan yang ada membuat dunia buta terhadap ancaman baru.
Profesor Ian Jones, ahli virologi di University of Reading, mengklaim varian baru itu ‘bermutasi secara tidak biasa’.
Sementara Covid bermutasi sepanjang waktu, dia mengatakan infeksi kronis telah meningkatkan potensi untuk mendorongnya beradaptasi lebih baik untuk menyusup ke sistem kekebalan manusia.
“Kekhawatiran terhadap infeksi kronis adalah virus bermutasi pada individu yang telah menghasilkan kekebalan,” katanya. (***)
IMBAUAN REDAKSI: Meski pemerintah menyatakan status endemi, bukan berarti Virus Corona (Covid-19) sudah tidak ada. Tetap waspada dan yakinlah Corona takkan bisa berbuat apa-apa kalau kita tetap bersatu..!! 💪💪👍👍🙏🙏