Medan, Bersama News Tv
Pasien positif virus Corona (Covid-19) di Sumut terus melonjak. Hingga, Minggu (02/07/2020), angka pasien positif menembus angka 4.137 orang. Selain warga, dokter pun kini terancam karena minimnya Alat Pelindung Diri (APD). Makin ngeri lae..!! Hati-hati klen yaa..!!
Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Sumut Mayor Kes dr Whiko Irwan di Medan mengatakan bahwa jumlah pasien positif terpapar virus corona di Sumut terus mengalami peningkatan yang sangat tinggi setiap harinya. “Hari ini ada penambahan sebanyak 175 pasien positif COVID-19 di Sumut, totalnya menjadi 4.137 orang,” katanya seperti dilansir dari Antaranews.com.
Adapun rincian tambahan 175 pasien positif COVID-19 itu, sebanyak 127 orang dari Medan, 11 dari Deli Serdang, lima dari Binjai, tiga dari Simalungun, dan masing-masing dua dari Tebingtinggi, Langkat, Karo dan Dairi.
“Kemudian, masing-masing satu dari Pematangsiantar, Tanjung Balai, Asahan, Labuhanbatu, Tapanuli Tengah, Serdang Bedagai, Batubara dan Nias Utara, 10 orang dari luar Sumut dan tiga orang tidak diketahui domisilinya,” ujarnya.
Sementara itu, jumlah pasien positif COVID-19 yang berhasil sembuh di Sumut juga terus mengalami peningkatan dari hari ke hari. Tercatat, jumlah pasien positif COVID-19 berhasil sembuh saat ini sebanyak 1.613 orang. Angka ini bertambah 130 orang dari hari sebelumnya 1.483 orang.
Whiko merinci tambahan 130 pasien sembuh hari ini, yakni sebanyak 74 orang dari Medan, 21 dari Deli Serdang, 13 dari Pematangsiantar, tujuh dari Batubara, empat dari Binjai dan masing-masing satu dari Langkat, Karo dan Serdang Bedagai.
“Kemudian ada delapan orang dari luar Sumut,” ujarnya. Selanjutnya, untuk pasien positif COVID-19 meninggal dunia bertambah tujuh orang yakni empat dari Medan, dua dari Deli Serdang dan satu dari Simalungun. Total menjadi 202 orang. Untuk jumlah suspek (pasien dalam pengawasan/PDP) berjumlah 460 orang.
Jumlah pasien covid-19 di Sumut terus meningkat. Di sisi lain, ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD) bagi tenaga medis masih minim.
Berdasarkan data dari Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Sumatera Utara Mayor Kes Whiko Irwan, seperti dilansir dari Tribun Medan.com, kasus positif di Sumatera Utara pada Sabtu (01/08/2020) bertambah sebanyak 31 orang dalam 24 jam terakhir.
Kasus baru Corona itu tersebar di beberapa wilayah kabupaten/kota di Sumatera Utara.
Kota Medan masih menjadi penyumbang tertinggi kasus Covid-19 di Sumut.
Mewakili para tenaga kesehatan yang bertugas menangani covid-19, beberapa ketua organisasi profesi atau OP di bidang kesehatan angkat bicara.
Satu di antaranya adalah Ketua Ikatan Dokter Indonesia atau IDI Medan, dr Wijaya Juwarna Sp-THT-KL.
Dikatakan Wijaya, beberapa tenaga kesehatan di Medan masih mengeluhkan kekurangan APD.
“Sebagian masih mengeluhkan kurangnya APD. Beberapa dokter memakai masker N95 selama 7 hari baru kemudian diganti,” ungkap dr Wijaya kepada Tribun Medan, Minggu (02/08/2020).
Dikatakannya, pihaknya sudah berusaha untuk selalu berkoordinasi dengan rumah sakit maupun dokter untuk memastikan ketersediaan APD untuk para tenaga medis ini.
“Mengenai APD, IDI senantiasa berkoordinasi dengan RS dan para dokter untuk senantiasa memenuhi kebutuhan APD. Juga setiap pemberitaaan dan rapat di DPRD kita selalu berusaha menyuarakan,” katanya.
Ia menilai kebijakan New Normal yang diberlakukan di Medan terkesan terburu-buru sehingga dampak yang dihasilkan cenderung kurang bisa dikendalikan terkhusus dari segi risiko terpapar virus corona.
“Solusinya menurut saya harus dari hulunya. Kebijakan new normal yang terkesan agak terburu-buru membuat kelonggaran terutama pada tempat-tempat keramaian. Masih banyak kita lihat yang tidak disiplin memakai masker,” ungkap dr Wijaya.
Menurut Wijaya, sebaiknya hanya sebanyak 30 persen total rumah sakit di daerah yang khusus menangani covid-19.
“Masih besar harapan saya maksimal hanya 30 persen saja dari total RS yg ada di kabupaten/kota yang khusus menangani pasien covid 19, tidak boleh selain itu. Sehingga 70 persen lagi masih sehat dan minimal penyebaran/paparan terhadap nakes dan pasien non-covid 19. Diperlukan sistem karantina, tidak gabung atau 1 lokasi dengan pasien noncovid-19,” terangnya.
Dikatakannya, pihaknya juga selalu aktif untuk mengikuti rapat dengan Pemerintah Kota Medan dan DPRD untuk menyuarakan kebutuhan para tenaga medis.
“Kalau untuk DPRP Kota Medan sudah rapat bersama dengan Pemko Medan. IDI selalu ikut di dalamnya. Mulai januari 2020 kita coba berusaha menyuarakan hal tersebut dan tidak dipungkiri dinamikanya lumayan tinggi,” tutupnya.
Terpisah, Ketua Perhimpunan Dokter Umum Indonesia atau PDUI Cabang Sumut, dr Rudi Rahmadsyah Sambas mengatakan ketersediaan APD di Puskesmas dan Fasilitas Kesehatan seperti klinik masih kurang.
“Masalah APD juga khususnya di puskes dan di faskes klinik masih minim. Kalau bisa pemerintah melakukan sidak atau kunker kunjungan kerja mendadak enggak usah ramai-ramai hanya beberapa orang saja. Memastikan maksimal enggak APD nakes di fasilitasi kesehatan yang melayani masyarakat di Kabupaten/Kota di Sumut masih kurang,” katanya kepada Tribun Medan, Minggu.
Rudi mengatakan bahwa perlu adanya evaluasi kinerja dari Gugus Tugas untuk mencegah jatuhnya tenaga medis yang terpapar covid-19.
“Kalau bisa segera evaluasi kinerja gugus tugas Sumut agar jangan ada lagi dokter dan nakes gugur. Kita sangat menyayangkan kalau ini dibiarkan terus tidak ada koordinasi dan komunikasi serta silaturahmi kepada Organisasi Profesi di mana adalah wadah untuk kita diskusi mengenai covid-19 Sumut,” tambah nya.
Ia mengatakan perlu adanya sistem piket yang memungkinkan tenaga medis dapat beristirahat dengan cukup dan bergantian satu sama lain.
“Pencegahan dari segi medis saya berharap pemerintah segera melaksanakan webinar dengan Organisasi Profesi tenaga kesehatan di Sumut. Agar baik jalan nya buat pemerintah Sumut mengambil kebijakan buat nakes. Agar masuk piket tidak seperti biasa nya karena kondisi sekarang tidak seperti sebelum nya pandemi covid-19 tidak ada,” tuturnya. (*)